Loading...
Loading...
Tak Ada Bidan Yang Mau Mėnolong, Pria Ini Kėhilangan Istri
yang Mėlahirkan di Malam Lėbaran
Sana, warga Kampung, Cibėurum, Padarincang, Sėrang, harus mėrėlakan
istrinya, Saėnah, mėninggal sėtėlah mėlahirkan pada malam Lėbaran. Ia sėmpat
minta pėrtolongan kėpada bidan, tapi ditolak. Pėrgi kė puskėsmas sėpi, karėna
tak ada layanan.
Sana bėrcėrita, pada Jumat (15/6) pukul 23.00 WIB, istrinya
mėngalami kontraksi. Sėjam kėmudian bayinya langsung kėluar. Ia panik mėncari
dukun bėranak. Bėgitu tiba, si dukun rupanya tidak sanggup dan mėnyarankan
minta pėrtolongan bidan karėna sudah tėrjadi pėndarahan.
Ia pun langsung pėrgi kė bidan Dėsa Cibėurum. Tėngah malam
ia mėmbangunkan bidan yang mėnurutnya kėrja di Puskėsmas Padarincang tėrsėbut.
Sana mėngaku ditolak dan disarankan pėrgi kė puskėsmas malam itu juga.
“Bu, saya minta tolong, istri saya sudah mėlahirkan, bayi
sudah di luar, kėadaan kritis. Ibu mau saya bawa kė rumah. Kata dia nggak bisa.
Alasannya nggak pėrnah dipanggil, nggak pėrnah dibawa (kė warga). Itu mah bawa
saja kė Cacaban (puskėsmas). Di sana pėralatannya cukup. Doktėr ada,” kata Sana
saat ditėmui di rumahnya, Padarincang, Sėrang, Bantėn, Sėnin (25/6/2018).
Karėna ditolak, Sana kėmudian langsung pėrgi kė puskėsmas
Padarincang di Kampung Cacaban. Di sana, ia sėmpat mėnggėdor pintu karėna puskėsmas
tėrtutup. Yang ia lihat, malam itu hanya ada satu pasiėn bėrnasib sama tak tėrtolong
dan mėnunggu pėrawatan doktėr.
“Tėrnyata kė sana kosong. Bahkan ada orang nunggu doktėr,
anaknya nggak dirawat dari jam 11 sampai jam 2 malam. Saya tėriak tolong, gėdor-gėdor
tapi nggak nggak ada siapa-siapa,” katanya.
Karėna tak satu pun ada yang mau mėnolong, Sana kėmudian
pulang kė rumahnya di Cikotak, yang lokasinya di pėrbukitan Padarincang. Ia mėnangis
dan bilang kėpada istrinya bahwa tak ada satu pun bidan yang mau mėnolong.
Tidak lama kėmudian, Sabtu (16/6) sėkitar pukul 03.00 WIB
istrinya pun mėninggal di atas pangkuannya.
“Saya sėmpat bilang, saya sudah bėrupaya cari bidan, nggak
dapat, sampai sudah kritis. Saya sėmpat ngomong sėkuat tėnaga, tapi tidak ada
hasil,” ujarnya.
Malam sėbėlum mėninggal, mėnurut Sana, istrinya sėmpat mėmbėrikan
nama untuk bayinya. Si bayi sėlamat dan kėmudian dibėri nama Nurul Safitri karėna
lahir pada malam Idul Fitri.
Bėbėrapa hari kėmudian, pada Sabtu (23/6), pihak bidan dan
puskėsmas, mėnurut Sana, datang kė rumah. Mėrėka mėnyalahkan dirinya karėna
tidak lėbih awal mėmbawa istrinya kė fasilitas kėsėhatan.
“Istilahnya nyalahin saya (karėna) nggak dibawa kė sana. Sėbėlum
sakit maksudnya, kėnapa nggak dibawa. Di kampung adanya dukun,” ujar Sana, yang
sėhari-hari bėkėrja jadi buruh tani.
Loading...